Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info

Kamis, 03 Oktober 2013

Sosiologi Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN
            Sosialisasi dan penyesuaian diri merupakan bagian yang harus dipelajari dalam mendalami ilmu sosiologi. Sosiologi sendiri berarti ilmu tentang cara berteman/berkawan/bersahabat yang baik, atau cara bergaul yang baik dalam masyarakat. Sedangkan menurut definisi para ahli ialah sebagai berikut:
a.       Sosiologi adalah studi tentang hubungan antara manusia (human relationship). (Alvin Bertrand)
b.      Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis. (Mayor Polak)
c.       Sosiologi adalah ilmu masyarakat umum. (P. J. Bowman)
Sesuai dengan pengertian sosiologi tersebut maka sosiologi membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan struktur sosial, unsur-unsur sosial, proses sosial, dan perubahan sosial. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Artinya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan atau campur tangan orang lain. Dalam proses sosial ini diperlukan sosialisasi dan penyesuaian diri, yang meliputi kepribadian individu tersebut dan juga tempat berlangsungnya sosialisasi.







BAB II
PEMBAHASAN
A. KEPRIBADIAN
Kepribadian merupakan terjemahan dari personality (Inggris); personnalita (Prancis);  personlichkeit (Jerman); dan personalidad (Spanyol). Akar kata masing-masing sebutan itu berasal dari kata Latin “persona” yang berarti “topeng”, yaitu topeng yang dipakai oleh aktor drama atau sandiwara. Seorang aktor Yunani Kuno telah terbiasa memakai topeng (persona) ketika memerankan seorang tokoh dalam suatu drama. Tujuan pemakaian topeng ini selain untuk menyembunyikan identitasnya, juga untuk keleluasaannya dalam memerankan sosok pribadi lain. Teknik drama ini kemudian diambil alih oleh bangsa Roma dengan istilah personality. Bagi bangsa Roma, persona semula diartikan dengan “bagaimana seseorang tampak pada orang lain  dan bukan pribadi yang sesungguhnya.” Aktor menciptakan dalam pikiran penonton suatu kesan (impression) dari tokoh yang diperankan di atas panggung, bukan kesan dari pribadi aktor sendiri. Berdasarkan pemahaman ini maka maksud personality bukanlah suatu atribut yang pasti dan spesifik, melainkan suatu kualitas perilaku seseorang.[1]
Personality berasal dari kata “person” yang secara bahasa memiliki arti: (1) an individual human being (sosok manusia sebagai individu); (2) a common individual (individu secara umum); (3) a living human body (orang yang hidup); (4) self (pribadi); (5) personal existence or identity (eksistensi atau identitas pribadi); dan (6) distinctive personal character (kekhususan karakter individu). Dalam bahasa Arab kontemporer, kepribadian ekuivalen dengan istilah syakhshiyyah. Term syakhshiyyah banyak digunakan untuk menggambarkan dan menilai kepribadian individu.[2]
Jadi dapat kita simpulkan bahwa kepribadian merupakan penggambaran akan suatu sosok manusia atau individu sebagai identitas dari pribadi tersebut.
Beranjak dari teori kepribadian, Pervin (1980) menyatakan bahwa suatu teori kepribadian dianggap sempurna apabila memiliki lima dimensi pokok, yaitu:
·         Struktur kepribadian;
·         Proses dan motivasi kepribadian;
·         Pertumbuhan dan perkembangan kepribadian;
·         Psikopatologi; dan
·         Psikoterapi
B. RUANG LINGKUP KEPRIBADIAN
Istilah-istilah yang dapat dijadikan ruang lingkup kepribadian, antara lain:[3]
1.      Al-Fitrah (Citra Asli)
Fitrah merupakan citra asli manusia, yang berpotensi baik atau buruk di mana aktualisasinya tergantung dari pilihan itu. Fitrah yang baik merupakan citra asli yang primer, sedangkan fitrah yang buruk merupakan citra asli yang sekunder. Fitrah adalah citra asli yang terdapat pada sistem-sistem psikofisik manusia, dan dapat diaktualisasikan dalam bentuk tingkah laku. Citra unik tersebut telah ada sejak awal penciptaannya. Fitrah ini ada sejak zaman azali ketika penciptaan jasad manusia belum ada. Seluruh manusia memiliki fitrah yang sama, meskipun perilakunya berbeda.
2.      Al-Hayah (Vitality)
Hayah adalah daya, tenaga, energi, atau vitalitas hidup manusia yang karenanya manusia dapat bertahan hidup. Al-Hayah ada dua macam, yaitu:
v  Jasmani yang intinya berupa nyawa (al-hayah), atau energi fisik atau disebut juga ruh jasmani. Bagian ini sangat tergantung pada susunan sel, fungsi kelenjar, alat pencernaan, susunan syaraf sentral, dan sebagainya yang dapat ditampilkan dengan tanda-tanda fisiologis pembawaan dan karakteristik yang kurang lebih konstan sifatnya;
v  Rohani yang intinya berupa amanat dari Tuhan yang disebut ruh-rohani. Amanah merupakan energi psikis yang membedakan manusia dengan makhluk lain.
Melalui dua bagian ini maka vitalitas manusia menjadi sempurna. Tanpa nyawa maka jasmani manusia tidak dapat hidup, dan tanpa amanah maka rohani manusia tidak bermakna. Al-Hayah tidak sekadar dapat menghidupkan manusia, tetapi juga menjadi esensi kehidupannya.
3.      Karakter
Karakter adalah kondisi batiniah (dalam) bukan kondisi lahiriah (luar) yang mencakup tabiat dan kebiasaan. Orang yang berkarakter dermawan lazimnya gampang memberi uang pada orang lain, tetapi sulit mengeluarkan uang pada orang yang menggunakannya untuk maksiat. Sebaliknya, orang yang berkarakter pelit lazimnya sulit mengeluarkan uang, tetapi boleh jadi ia mudah menghambur-hamburkan uang untuk keburukan. Karakter adalah kondisi dalam jiwa yang suci, dan dari kondisi itu tumbuh suatu aktivitas yang mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Karakter setiap individu memiliki keunikan sendiri. Dalam bidang psikologi, karakter (character) adalah watak, perangai, sifat dasar yang khas; satu sifat atau kualitas yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi.
4.      Tabiat
Tabiat yaitu citra batin individu yang menetap. Citra ini terdapat pada konstitusi individu yang diciptakan sejak lahir. Menurut Ikhwan al-Shafa, tabiat adalah daya yang menggerakkan jasad manusia. Dalam psikologi, temperamen (temperament) adalah disposisi reaksi seseorang. Temperamen merupakan bagian dari psikis yang erat kaitannya dengan keadaan fisik seseorang yang dibawa sejak lahir, sehingga dapat dikatakan bersifat hereditas. Tabiat manusia dapat  dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pertama, tabiat baik yang merupakan tabiat asli manusia, sebab tabiat ini bersumber dari fitrah. Kedua, tabiat yang buruk, seperti suka berkeluh kesah, mudah putus asa, suka melampaui batas, dan lain sebagainya.
5.      Bakat
Bakat adalah kebiasaan individu yang berasal dari hasil integrasi antara karakter individu dengan aktivitas-aktivitas yang diusahakan. Dalam terminologi psikologi, bakat yaitu kapasitas, kemampuan yang bersifat potensial. Bakat telah ada dalam diri individu sejak awal kehidupan, yang kemudian menimbulkan perkembangan keterampilan, keahlian, kecakapan, dan spesialis tertentu. Bakat ini bersifat laten (tersembunyi dan dapat berkembang) sepanjang hidup manusia, dan dapat diaktualisasikan potensinya. Potensi yang terpendam ini dapat dibuat aktif dan aktual. Bakat asli yang merupakan hasil dari karakter individu akan sulit berkembang jika tidak didukung oleh lingkungan yang baik, seperti pendidikan, pengajaran, pelatihan, dan lain sebagainya.
6.      Sifat
Sifat yaitu ciri khas individu yang relatif menetap, secara terus-menerus dan konsekuen yang diungkapkan dalam satu deretan keadaan.
7.      Perilaku
Perilaku yaitu tingkah laku lahiriah individu yang tergambar dalam bentuk perbuatan nyata. Pada tingkat tingkah laku ini, kepribadian individu dapat diketahui, baik yang mencakup lahir dan batin.
            Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa kepribadian seorang individu dapat dicerminkan dari fitrah, tabiat, perilaku, sifat, dan seterusnya. Dengan memahami hal tersebut maka dapat dikatakan juga kita memahami kepribadian seseorang yang akan memudahkan kita untuk melakukan interaksi sosial atau sosialisasi.
C. SOSIALISASI
Di dalam kehidupan sosial, baik di masyarakat ataupun dalam lingkup keluarga, terdapat proses dan interaksi sosial. Hal ini telah dimulai bahkan saat individu masih bayi dengan berinteraksi dengan ibunya hingga individu tersebut tua dan melakukan banyak sekali proses dan interaksi sosial. Pengertian proses sosial menurut beberapa pakar adalah sebagai berikut:
Ø  Menurut Gillin dan Gillin, proses sosial ialah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang/kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan.
Ø  Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, proses sosial ialah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama.[4]
Hal-hal yang dipelajari dalam proses sosial terutama ialah bentuk-bentuk interaksi sosial. Bentuk-bentuk interaksi sosial ialah  bentuk-bentuk yang tampak, bila orang (individu) atau kelompok-kelompok manusia mengadakan hubungan (interaksi) satu sama lain.
Lebih lanjut dari interaksi sosial ialah dapat terjadinya interaksi personal sosial, yaitu interaksi antara orang (person) dalam situasi (lingkungan) sosial, misalnya hubungan bayi dengan ibunya sewaktu menyusu, dibuai, dan seterusnya. Interaksi kultural ialah hubungan seseorang dengan kebudayaan kelompoknya, artinya berhubungan dengan orang lain sambil mempelajari kebudayaan kelompok orang-orang itu.
Interaksi personal sosial dan kultural sangat erat hubungannya dengan proses pembelajaran semasih bayi seperti waktu/jam menyusui, kemudian ditambah/diselingi dengan bubur, nasi tim, buah-buahan, sampai saatnya disapih (tidak menyusu lagi), dan seterusnya. Hal ini berarti anak belajar dari norma keluarga, lingkungan, masyarakat, nasional, sampai internasional.
Dalam melakukan proses dan interaksi sosial ini maka diperlukan adanya sosialisasi atau penyesuaian diri. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya setiap individu memiliki kepribadiannya masing-masing yang membedakannya dengan orang lain. Untuk itulah diperlukan sosialisasi agar dapat melakukan proses dan interaksi sosial yang baik.
Menurut pandangan Kimball Young, sosialisasi adalah hubungan interaktif yang dengannya seseorang mempelajari keperluan-keperluan sosial dan kultural, yang menjadikan seseorang sebagai anggota masyarakat.[5]
            Arti sosiologis dan psikologis dari sosialisasi adalah:
·         Secara sosiologis, sosialisasi belajar untuk menyesuaikan diri dengan tradisi dan kecakapan-kecakapan kelompok.
·         Secara psikologis, sosialisasi berarti/mencakup kebiasaan-kebiasaan, perangai-perangai, ide-ide, sikap, dan nilai.
Sosialisasi dalam arti sempit, merupakan proses bayi atau anak menempatkan dirinya dalam cara/ragam budaya masyarakatnya (tuntutan-tuntutan sosiokultur keluarga dan kelompok-kelompok lainnya).
Dalam perkembangannya, bayi atau anak tersebut akan menjadi dewasa dan akan melakukan banyak sekali hubungan interaksi di masyarakat yang mengharuskannya untuk menerima berbagai ragam/macam budaya dalam masyarakat tersebut.
D. Tempat berlangsungnya sosialisasi
Dalam proses sosiolisasi, individu berkembang menjadi suatu pribadi atau makhluk sosial.  Pribadi atau makhluk sosial merupakan kesatuan integral dari kesatuan individu yang berkembang melalui proses sosiolisasi, yaitu sifat mana yang mempengaruhi hubungannya dengan orang lain dalam masyarakat.
 Secara garis besar, sosialisasi dapat belangsung pada tiga tempat :
1.      Keluarga (family)
Keluarga adalah wadah yang sangat penting  di antara individu dan kelompok, merupakan  kelompok sosial pertama yang di mana  anak-anak  menjadi anggotanya. Dan keluargalah sudah barang tentu yang pertama-tama pula menjadi tempat untuk mengadakan sosialisasi kehidupan anak-anak. Ibu, ayah, saudara-saudaranya serta keluarga-keluarga yang lain adalah orang-orang yang pertama di mana anak-anak mengadakan kontak dan yang pertama pula untuk mengajar pada anak-anak itu sebagaimana dia hidup dengan orang lain. Sampai anak-anak memasuki sekolah, mereka itu menghabiskan seluruh waktunya di dalam unit keluarga.[6]
Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas, ibu dan anak.  Hubungan antar anggota keluarga dijiwai oleh suasana kebersamaan, dan rasa tanggung jawab. Hubungan sosial di antara anggota keluarga keluarga relatif tetap dan didasarkan atas ikatan  darah, perkawinan, atau adopsi. Fungsi keluarga ialah memelihara, merawat dan melindungi anak dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.[7]
          Adapun mengenai susunan keluaraga, Probbins membagikan tiga macam , yaitu :
a)      Keluaraga yang bersifat otoriter : Di sini perkembangan anak itu semata-mata ditentukan oleh orang tuanya. Sifat pribadi anak yang otoriter biasanya suka menyendiri, mengalami kemunduran kematangannya, ragu-ragu dalam suatu tindakan,serta lambat berinisiatif.
b)      Keluarga demokrasi : Di sini sikap pribadi anak lebih dapat menyesuaikan diri, sifatnya freksibel, dapat menguasai dirin, mau menghargai pekerjaan orang lain, menerima kritik denagan terbuka, aktif di dalam hidupnya, emosi lebih stabil, serta mempunyai rasa tanggung jawab.
c)       Keluarga  yang  liberal : Di sini anak bebas bertindak dan berbuat. Sifat-sifat dari keluarga ini biasa agressif, tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, sukar menyesuaikan diri, emosi kurang stabil serta mempunyai sifat selalu curiga.[8]
Dalam lingkungan keluarga ada tiga tujuan sosialisasi yaitu 0rang tua mengajarkan kepada anaknya tentang penguasaan diri , nilai-nilai, dan peranan sosial.[9] Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa interaksi sosial pertama dan utama pada anak terjadi dalam lingkungan keluarga.
2.      Sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, terdiri dari guru (pendidik) dan murid-murid/ anak-anak didik. Antara mereka sudah barang tentu terjadi adanya saling hubungan, baik antara guru/pendidik dengan murid-muridnya maupun murid dengan murid.
Para guru sebagai pendidik, dengan wibawanya dalam pergaulan membawa murid sebagai anak didik ke arah kedewasaan. Memanfaatkan/ menggunakan pergaulan sehari-hari pendidikan adalah cara yang paling baik  dan efektif dalam pembentukan pribadi.[10]
Hubungan murid dengan murid juga menunjukan suasana edukati. Sesame murid saling berkawan, berolahraga bersama dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, saling mengajak dan diajak, saling bercerita, salingt mendisiplinkan diri agar tidak menyinggung perasaan temannya.
Hubungan murid dengan murid ada kalanya sederajat dan ada kalanya lebih rendah atau lebih tinggi kedewasaannya. Dalam hal ini bisa terjadi adanya pergaulan sehari-hari yang berpengaruh negatif maupun pengaruh positif.  Pergaulan yang positif inilah yang mengandung adanya gejala-gejala pendidikan.[11]
Dengan demikian sosialisasi disekolah merupakan interaksi dalam pergaulan yang membawa anak didik ke arah kedewasaan dan pengajaran / pendidikan bagaimana interaksi sosial itu terjadi.

3.      Masyarakat
Masyarakat adalah di mana sekolompok orang/manusia yang hidup bersama yang mempunyai tempat/daerah tertentu untuk jangka waktu yang lama di mana masing-masing anggotanya saling berinteraksi . interaksi yang dimaksud berkaitan dengan sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Segala tingkah laku dan perbuatan tersebut diatur dalam suatu tata tertib/ undang-undang/ peraturan tertentu, yang di sebut hukum adat.
P.J.Bouman (1976) mengungkap bahwa “masyarakat merupakan pergaulan hidup yang akrab antara manusia , dipersatukan dengan cara tertentu oleh hasrat-hasrat kemasyarakatan mereka.” Masyarakat dapat dikatakan pula sebagai suatu hubungan antara kekuatan-kekuatan dari bentuk-bentuk masyarakat dan dengan kehidupan individu. Kehidupan masyarakat pada umumnya sangat berbeda antara yang satu dengan masyarakat yang lain, perbedaan di mana disebabkan struktur masyarakat tersebut dan juga faktor tempat yang mempunyai peranan penting didalamnya , di samping faktor lain yang mempengaruhi masyrakat . sehingga jelas sekali perbedaan yang ada, apakah masyarakat itu termasuk golongan tinggi,menengah, kota, pedesaan, dan sebagainya.[12]
 Dengan demikian masyarakat merupakan tempat sosialisasi yang berlangsung antar manusia dalam skala besar, sehingga dalam prosesnya tingkah laku dan perbuatan antar individu atau kelompok diatur dalam suatu tata tertib masyarakat tersebut.



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
kepribadian merupakan penggambaran akan suatu sosok manusia atau individu sebagai identitas dari pribadi tersebut
Ruang lingkup kepribadian antara lain:
a)      Al-Fitrah (Citra Asli)
b)      Al-Hayah (Vitality)
c)      Karakter
d)     Tabiat
e)      Bakat
f)       Sifat
g)      Perilaku
Sosialisasi / interaksi sosial ialah dapat terjadinya interaksi personal sosial, yaitu interaksi antara orang (person) dalam situasi (lingkungan) sosial, misalnya hubungan bayi dengan ibunya sewaktu menyusu, dibuai, dan seterusnya. Interaksi kultural ialah hubungan seseorang dengan kebudayaan kelompoknya, artinya berhubungan dengan orang lain sambil mempelajari kebudayaan kelompok orang-orang itu.
Sosialisasi dalam arti sempit, merupakan proses bayi atau anak menempatkan dirinya dalam cara/ragam budaya masyarakatnya (tuntutan-tuntutan sosiokultur keluarga dan kelompok-kelompok lainnya).
Tempat berlangsungnya sosialisasi, antara lain, yaitu :
1)      Keluarga (family)
2)      Sekolah
3)      Masyarakat

DAFTAR PUSTAKA
·         Gunawan, Ari H. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Cet.2
·         Mujib, Abdul.2007. Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
·         ahmadi, abu , 2007 sosiologi pendidikan. Jakarta : PT. Renika cipta
·         ahmadi, abu dan Nur uhbiyah , 2007 ilmu pendidikan Jakarta : PT. rineka cipta
·         Abdullah ldi,haji. 2011 sosiologi pendidikan Jakarta : P.T. Rajagrafindo persada,




Tidak ada komentar:

Posting Komentar