BAB
I
PENDAHULUAN
Sosialisasi dan
penyesuaian diri merupakan bagian yang harus dipelajari dalam mendalami ilmu
sosiologi. Sosiologi sendiri berarti ilmu tentang cara
berteman/berkawan/bersahabat yang baik, atau cara bergaul yang baik dalam
masyarakat. Sedangkan menurut definisi para ahli ialah sebagai berikut:
a.
Sosiologi
adalah studi tentang hubungan antara manusia (human relationship). (Alvin
Bertrand)
b.
Sosiologi
adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan,
yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok
dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis. (Mayor Polak)
c.
Sosiologi
adalah ilmu masyarakat umum. (P. J.
Bowman)
Sesuai dengan pengertian sosiologi
tersebut maka sosiologi membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan struktur
sosial, unsur-unsur sosial, proses sosial, dan perubahan sosial. Manusia pada
hakikatnya adalah makhluk sosial. Artinya manusia tidak dapat hidup sendiri
tanpa adanya bantuan atau campur tangan orang lain. Dalam proses sosial ini
diperlukan sosialisasi dan penyesuaian diri, yang meliputi kepribadian individu
tersebut dan juga tempat berlangsungnya sosialisasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
KEPRIBADIAN
Kepribadian merupakan terjemahan
dari personality (Inggris); personnalita (Prancis); personlichkeit
(Jerman); dan personalidad (Spanyol).
Akar kata masing-masing sebutan itu berasal dari kata Latin “persona” yang berarti “topeng”, yaitu
topeng yang dipakai oleh aktor drama atau sandiwara. Seorang aktor Yunani Kuno
telah terbiasa memakai topeng (persona) ketika memerankan seorang tokoh dalam
suatu drama. Tujuan pemakaian topeng ini selain untuk menyembunyikan
identitasnya, juga untuk keleluasaannya dalam memerankan sosok pribadi lain.
Teknik drama ini kemudian diambil alih oleh bangsa Roma dengan istilah personality. Bagi bangsa Roma, persona semula diartikan dengan
“bagaimana seseorang tampak pada orang lain dan bukan pribadi yang sesungguhnya.” Aktor
menciptakan dalam pikiran penonton suatu kesan (impression) dari tokoh yang diperankan di atas panggung, bukan
kesan dari pribadi aktor sendiri. Berdasarkan pemahaman ini maka maksud personality bukanlah suatu atribut yang
pasti dan spesifik, melainkan suatu kualitas perilaku seseorang.[1]
Personality
berasal dari
kata “person” yang secara bahasa
memiliki arti: (1) an individual human
being (sosok manusia sebagai individu); (2) a common individual (individu secara umum); (3) a living human body (orang yang hidup);
(4) self (pribadi); (5) personal existence or identity
(eksistensi atau identitas pribadi); dan (6) distinctive personal character (kekhususan karakter individu).
Dalam bahasa Arab kontemporer, kepribadian ekuivalen dengan istilah syakhshiyyah. Term syakhshiyyah banyak digunakan untuk menggambarkan dan menilai
kepribadian individu.[2]
Jadi dapat kita simpulkan bahwa
kepribadian merupakan penggambaran akan suatu sosok manusia atau individu
sebagai identitas dari pribadi tersebut.
Beranjak dari teori kepribadian, Pervin (1980) menyatakan bahwa suatu
teori kepribadian dianggap sempurna apabila memiliki lima dimensi pokok, yaitu:
·
Struktur kepribadian;
·
Proses dan motivasi kepribadian;
·
Pertumbuhan dan perkembangan
kepribadian;
·
Psikopatologi; dan
·
Psikoterapi
B. RUANG LINGKUP KEPRIBADIAN
1. Al-Fitrah (Citra Asli)
Fitrah merupakan citra asli manusia, yang berpotensi baik
atau buruk di mana aktualisasinya tergantung dari pilihan itu. Fitrah yang baik
merupakan citra asli yang primer, sedangkan fitrah yang buruk merupakan citra
asli yang sekunder. Fitrah adalah citra asli yang terdapat pada sistem-sistem
psikofisik manusia, dan dapat diaktualisasikan dalam bentuk tingkah laku. Citra
unik tersebut telah ada sejak awal penciptaannya. Fitrah ini ada sejak zaman
azali ketika penciptaan jasad manusia belum ada. Seluruh manusia memiliki
fitrah yang sama, meskipun perilakunya berbeda.
2. Al-Hayah (Vitality)
Hayah adalah daya, tenaga, energi,
atau vitalitas hidup manusia yang karenanya manusia dapat bertahan hidup. Al-Hayah ada dua macam, yaitu:
v Jasmani yang intinya berupa nyawa (al-hayah), atau energi fisik atau disebut juga ruh jasmani. Bagian
ini sangat tergantung pada susunan sel, fungsi kelenjar, alat pencernaan,
susunan syaraf sentral, dan sebagainya yang dapat ditampilkan dengan
tanda-tanda fisiologis pembawaan dan karakteristik yang kurang lebih konstan
sifatnya;
v Rohani yang intinya berupa amanat dari Tuhan yang disebut ruh-rohani.
Amanah merupakan energi psikis yang membedakan manusia dengan makhluk lain.
Melalui dua bagian ini maka vitalitas
manusia menjadi sempurna. Tanpa nyawa maka jasmani manusia tidak dapat hidup,
dan tanpa amanah maka rohani manusia tidak bermakna. Al-Hayah tidak sekadar dapat menghidupkan manusia, tetapi juga
menjadi esensi kehidupannya.
3. Karakter
Karakter adalah kondisi batiniah (dalam) bukan kondisi
lahiriah (luar) yang mencakup tabiat dan kebiasaan. Orang yang berkarakter dermawan
lazimnya gampang memberi uang pada orang lain, tetapi sulit mengeluarkan uang
pada orang yang menggunakannya untuk maksiat. Sebaliknya, orang yang
berkarakter pelit lazimnya sulit mengeluarkan uang, tetapi boleh jadi ia mudah menghambur-hamburkan
uang untuk keburukan. Karakter adalah kondisi dalam jiwa yang suci, dan dari
kondisi itu tumbuh suatu aktivitas yang mudah dan gampang tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Karakter setiap individu memiliki
keunikan sendiri. Dalam bidang psikologi, karakter (character) adalah watak, perangai, sifat dasar yang khas; satu sifat
atau kualitas yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri
untuk mengidentifikasikan seorang pribadi.
4. Tabiat
Tabiat yaitu citra batin individu yang menetap. Citra ini terdapat
pada konstitusi individu yang diciptakan sejak lahir. Menurut Ikhwan al-Shafa, tabiat adalah daya
yang menggerakkan jasad manusia. Dalam psikologi, temperamen (temperament) adalah disposisi reaksi seseorang. Temperamen merupakan
bagian dari psikis yang erat kaitannya dengan keadaan fisik seseorang yang
dibawa sejak lahir, sehingga dapat dikatakan bersifat hereditas. Tabiat manusia
dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu pertama, tabiat baik yang merupakan tabiat asli manusia, sebab tabiat ini
bersumber dari fitrah. Kedua, tabiat yang buruk, seperti suka berkeluh kesah,
mudah putus asa, suka melampaui batas, dan lain sebagainya.
5. Bakat
Bakat adalah kebiasaan individu yang berasal dari hasil
integrasi antara karakter individu dengan aktivitas-aktivitas yang diusahakan.
Dalam terminologi psikologi, bakat yaitu kapasitas, kemampuan yang bersifat
potensial. Bakat telah ada dalam diri individu sejak awal kehidupan, yang kemudian
menimbulkan perkembangan keterampilan, keahlian, kecakapan, dan spesialis
tertentu. Bakat ini bersifat laten (tersembunyi dan dapat berkembang) sepanjang
hidup manusia, dan dapat diaktualisasikan potensinya. Potensi yang terpendam
ini dapat dibuat aktif dan aktual. Bakat asli yang merupakan hasil dari
karakter individu akan sulit berkembang jika tidak didukung oleh lingkungan
yang baik, seperti pendidikan, pengajaran, pelatihan, dan lain sebagainya.
6. Sifat
Sifat yaitu ciri khas individu yang relatif menetap, secara
terus-menerus dan konsekuen yang diungkapkan dalam satu deretan keadaan.
7. Perilaku
Perilaku yaitu tingkah laku lahiriah individu yang tergambar
dalam bentuk perbuatan nyata. Pada tingkat tingkah laku ini, kepribadian
individu dapat diketahui, baik yang mencakup lahir dan batin.
Dari hal
ini dapat disimpulkan bahwa kepribadian seorang individu dapat dicerminkan dari
fitrah, tabiat, perilaku, sifat, dan seterusnya. Dengan memahami hal tersebut
maka dapat dikatakan juga kita memahami kepribadian seseorang yang akan
memudahkan kita untuk melakukan interaksi sosial atau sosialisasi.
C. SOSIALISASI
Di dalam kehidupan sosial, baik di
masyarakat ataupun dalam lingkup keluarga, terdapat proses dan interaksi
sosial. Hal ini telah dimulai bahkan saat individu masih bayi dengan
berinteraksi dengan ibunya hingga individu tersebut tua dan melakukan banyak
sekali proses dan interaksi sosial. Pengertian proses sosial menurut beberapa pakar
adalah sebagai berikut:
Ø Menurut Gillin dan Gillin, proses sosial ialah cara-cara berhubungan yang dapat
dilihat apabila orang/kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem
serta bentuk-bentuk hubungan.
Ø Menurut Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
proses sosial ialah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan
bersama.[4]
Hal-hal yang dipelajari dalam proses sosial
terutama ialah bentuk-bentuk interaksi sosial. Bentuk-bentuk interaksi sosial
ialah bentuk-bentuk yang tampak, bila
orang (individu) atau kelompok-kelompok manusia mengadakan hubungan (interaksi)
satu sama lain.
Lebih lanjut dari interaksi sosial ialah
dapat terjadinya interaksi personal sosial, yaitu interaksi antara orang (person) dalam situasi (lingkungan)
sosial, misalnya hubungan bayi dengan ibunya sewaktu menyusu, dibuai, dan
seterusnya. Interaksi kultural ialah hubungan seseorang dengan kebudayaan kelompoknya,
artinya berhubungan dengan orang lain sambil mempelajari kebudayaan kelompok
orang-orang itu.
Interaksi personal sosial dan kultural
sangat erat hubungannya dengan proses pembelajaran semasih bayi seperti
waktu/jam menyusui, kemudian ditambah/diselingi dengan bubur, nasi tim,
buah-buahan, sampai saatnya disapih (tidak menyusu lagi), dan seterusnya. Hal
ini berarti anak belajar dari norma keluarga, lingkungan, masyarakat, nasional,
sampai internasional.
Dalam melakukan proses dan interaksi sosial
ini maka diperlukan adanya sosialisasi atau penyesuaian diri. Seperti yang sudah
diketahui sebelumnya setiap individu memiliki kepribadiannya masing-masing yang
membedakannya dengan orang lain. Untuk itulah diperlukan sosialisasi agar dapat
melakukan proses dan interaksi sosial yang baik.
Menurut pandangan Kimball Young, sosialisasi adalah hubungan interaktif yang
dengannya seseorang mempelajari keperluan-keperluan sosial dan kultural, yang
menjadikan seseorang sebagai anggota masyarakat.[5]
Arti
sosiologis dan psikologis dari sosialisasi adalah:
·
Secara sosiologis, sosialisasi
belajar untuk menyesuaikan diri dengan tradisi dan kecakapan-kecakapan
kelompok.
·
Secara psikologis, sosialisasi
berarti/mencakup kebiasaan-kebiasaan, perangai-perangai, ide-ide, sikap, dan
nilai.
Sosialisasi dalam arti sempit, merupakan
proses bayi atau anak menempatkan dirinya dalam cara/ragam budaya masyarakatnya
(tuntutan-tuntutan sosiokultur keluarga dan kelompok-kelompok lainnya).
Dalam perkembangannya, bayi atau anak
tersebut akan menjadi dewasa dan akan melakukan banyak sekali hubungan
interaksi di masyarakat yang mengharuskannya untuk menerima berbagai
ragam/macam budaya dalam masyarakat tersebut.
D.
Tempat berlangsungnya sosialisasi
Dalam
proses sosiolisasi, individu berkembang menjadi suatu pribadi atau makhluk
sosial. Pribadi atau makhluk sosial
merupakan kesatuan integral dari kesatuan individu yang berkembang melalui
proses sosiolisasi, yaitu sifat mana yang mempengaruhi hubungannya dengan orang
lain dalam masyarakat.
Secara garis besar, sosialisasi dapat
belangsung pada tiga tempat :
1. Keluarga
(family)
Keluarga
adalah wadah yang sangat penting di
antara individu dan kelompok, merupakan
kelompok sosial pertama yang di mana
anak-anak menjadi anggotanya. Dan
keluargalah sudah barang tentu yang pertama-tama pula menjadi tempat untuk
mengadakan sosialisasi kehidupan anak-anak. Ibu, ayah, saudara-saudaranya serta
keluarga-keluarga yang lain adalah orang-orang yang pertama di mana anak-anak
mengadakan kontak dan yang pertama pula untuk mengajar pada anak-anak itu
sebagaimana dia hidup dengan orang lain. Sampai anak-anak memasuki sekolah,
mereka itu menghabiskan seluruh waktunya di dalam unit keluarga.[6]
Keluarga
merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas, ibu dan anak. Hubungan antar anggota keluarga dijiwai oleh
suasana kebersamaan, dan rasa tanggung jawab. Hubungan sosial di antara anggota
keluarga keluarga relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan, atau adopsi. Fungsi
keluarga ialah memelihara, merawat dan melindungi anak dalam rangka
sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.[7]
Adapun mengenai
susunan keluaraga, Probbins membagikan tiga macam , yaitu :
a) Keluaraga
yang bersifat otoriter : Di sini perkembangan anak itu semata-mata ditentukan
oleh orang tuanya. Sifat pribadi anak yang otoriter biasanya suka menyendiri,
mengalami kemunduran kematangannya, ragu-ragu dalam suatu tindakan,serta lambat
berinisiatif.
b) Keluarga
demokrasi : Di sini sikap pribadi anak lebih dapat menyesuaikan diri, sifatnya
freksibel, dapat menguasai dirin, mau menghargai pekerjaan orang lain, menerima
kritik denagan terbuka, aktif di dalam hidupnya, emosi lebih stabil, serta
mempunyai rasa tanggung jawab.
c) Keluarga
yang liberal : Di sini anak bebas
bertindak dan berbuat. Sifat-sifat dari keluarga ini biasa agressif, tidak
dapat bekerja sama dengan orang lain, sukar menyesuaikan diri, emosi kurang
stabil serta mempunyai sifat selalu curiga.[8]
Dalam lingkungan keluarga ada tiga
tujuan sosialisasi yaitu 0rang tua mengajarkan kepada anaknya tentang
penguasaan diri , nilai-nilai, dan peranan sosial.[9]
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa interaksi sosial pertama dan utama
pada anak terjadi dalam lingkungan keluarga.
2. Sekolah
Sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal, terdiri dari guru (pendidik) dan
murid-murid/ anak-anak didik. Antara mereka sudah barang tentu terjadi adanya
saling hubungan, baik antara guru/pendidik dengan murid-muridnya maupun murid
dengan murid.
Para
guru sebagai pendidik, dengan wibawanya dalam pergaulan membawa murid sebagai
anak didik ke arah kedewasaan. Memanfaatkan/ menggunakan pergaulan sehari-hari
pendidikan adalah cara yang paling baik
dan efektif dalam pembentukan pribadi.[10]
Hubungan
murid dengan murid juga menunjukan suasana edukati. Sesame murid saling
berkawan, berolahraga bersama dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, saling
mengajak dan diajak, saling bercerita, salingt mendisiplinkan diri agar tidak
menyinggung perasaan temannya.
Hubungan
murid dengan murid ada kalanya sederajat dan ada kalanya lebih rendah atau
lebih tinggi kedewasaannya. Dalam hal ini bisa terjadi adanya pergaulan
sehari-hari yang berpengaruh negatif maupun pengaruh positif. Pergaulan yang positif inilah yang mengandung
adanya gejala-gejala pendidikan.[11]
Dengan
demikian sosialisasi disekolah merupakan interaksi dalam pergaulan yang membawa
anak didik ke arah kedewasaan dan pengajaran / pendidikan bagaimana interaksi
sosial itu terjadi.
3.
Masyarakat
Masyarakat
adalah di mana sekolompok orang/manusia yang hidup bersama yang mempunyai
tempat/daerah tertentu untuk jangka waktu yang lama di mana masing-masing anggotanya
saling berinteraksi . interaksi yang dimaksud berkaitan dengan sikap, tingkah
laku, dan perbuatan. Segala tingkah laku dan perbuatan tersebut diatur dalam
suatu tata tertib/ undang-undang/ peraturan tertentu, yang di sebut hukum adat.
P.J.Bouman
(1976) mengungkap bahwa “masyarakat merupakan pergaulan hidup yang akrab antara
manusia , dipersatukan dengan cara tertentu oleh hasrat-hasrat kemasyarakatan
mereka.” Masyarakat dapat dikatakan pula sebagai suatu hubungan antara
kekuatan-kekuatan dari bentuk-bentuk masyarakat dan dengan kehidupan individu.
Kehidupan masyarakat pada umumnya sangat berbeda antara yang satu dengan
masyarakat yang lain, perbedaan di mana disebabkan struktur masyarakat tersebut
dan juga faktor tempat yang mempunyai peranan penting didalamnya , di samping
faktor lain yang mempengaruhi masyrakat . sehingga jelas sekali perbedaan yang
ada, apakah masyarakat itu termasuk golongan tinggi,menengah, kota, pedesaan,
dan sebagainya.[12]
Dengan demikian masyarakat merupakan tempat
sosialisasi yang berlangsung antar manusia dalam skala besar, sehingga dalam prosesnya
tingkah laku dan perbuatan antar individu atau kelompok diatur dalam suatu tata
tertib masyarakat tersebut.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
kepribadian
merupakan penggambaran akan suatu sosok manusia atau individu sebagai identitas
dari pribadi tersebut
Ruang lingkup kepribadian antara lain:
a) Al-Fitrah (Citra Asli)
b) Al-Hayah (Vitality)
c) Karakter
d) Tabiat
e) Bakat
f) Sifat
g) Perilaku
Sosialisasi / interaksi sosial ialah dapat terjadinya interaksi personal sosial, yaitu interaksi antara orang (person) dalam situasi (lingkungan)
sosial, misalnya hubungan bayi dengan ibunya sewaktu menyusu, dibuai, dan
seterusnya. Interaksi kultural ialah hubungan seseorang dengan kebudayaan kelompoknya,
artinya berhubungan dengan orang lain sambil mempelajari kebudayaan kelompok
orang-orang itu.
Sosialisasi dalam arti sempit, merupakan
proses bayi atau anak menempatkan dirinya dalam cara/ragam budaya masyarakatnya
(tuntutan-tuntutan sosiokultur keluarga dan kelompok-kelompok lainnya).
Tempat
berlangsungnya sosialisasi, antara lain, yaitu :
1) Keluarga
(family)
2) Sekolah
3) Masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
·
Gunawan, Ari H. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Cet.2
·
Mujib, Abdul.2007. Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
·
ahmadi,
abu , 2007 sosiologi pendidikan. Jakarta : PT. Renika cipta
·
ahmadi, abu dan Nur uhbiyah , 2007 ilmu pendidikan Jakarta
: PT. rineka cipta
·
Abdullah ldi,haji. 2011 sosiologi pendidikan Jakarta :
P.T. Rajagrafindo persada,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar